mu88bz.com – Jakarta, Sabtu, 6 Desember 2025 Dua atlet muda kebanggaan Indonesia dari cabang olahraga tenis meja para, Fikri Pradana dan Jubaedah, menunjukkan keyakinan tinggi menjelang Asian Youth Para Games (AYPG) 2025. Ajang olahraga multicabang khusus atlet muda disabilitas se-Asia ini akan berlangsung di Tashkent, Uzbekistan. Kedua atlet ini telah menjalani pemusatan latihan nasional (Pelatnas) yang intensif. Mereka menyatakan sangat siap bertanding dan menargetkan membawa pulang medali emas. Optimisme tinggi ini menjadi modal berharga bagi kontingen Garuda. Tenis Meja Asian Para Games 2025 siap menjadi panggung pembuktian bagi talenta muda Indonesia.
Fikri Pradana, yang berkompetisi di Kelas 10, dan Jubaedah, yang bermain di Kelas 5/6, merupakan tumpuan utama Indonesia di cabor tenis meja. Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia menaruh harapan besar pada mereka. Fikri dan Jubaedah, bersama atlet muda lainnya, telah menunjukkan perkembangan pesat di bawah bimbingan pelatih nasional. Mereka fokus tidak hanya pada peningkatan teknik, tetapi juga pada penguatan mental bertanding. NPC Indonesia secara khusus memantau perkembangan mereka. Organisasi ini menganggap kedua atlet tersebut memiliki potensi untuk naik level ke Asian Para Games dan Paralimpiade masa depan.
BACA JUGA : Dewa United Juara Esports Nasional 2025: Bukti Dominasi di Panggung Tertinggi
Modal Kemenangan Jordan dan Latihan Intensif
Keyakinan Fikri Pradana untuk meraih emas di Tashkent didukung oleh rekam jejaknya yang menjanjikan. Fikri sebelumnya telah mencetak prestasi gemilang. Ia berhasil meraih medali emas di kejuaraan tenis meja internasional di Yordania. Kemenangan ini memberikan bekal pengalaman bertanding di level global. Pencapaian ini juga meningkatkan kepercayaan dirinya secara signifikan. “Saya yakin bisa mendapatkan emas. Latihan yang saya jalani selama ini sudah sangat keras, dan saya merasa semua teknik telah matang,” ujar Fikri dengan nada penuh percaya diri.
Jubaedah juga menyatakan kesiapan serupa. Ia menyadari tantangan di Kelas 5/6 sangat berat. Persaingan dari negara-negara Asia Timur memang menjadi rintangan besar. Namun, ia merasa progress latihan yang ia jalani telah berhasil menutup kelemahan-kelemahan sebelumnya. Pelatih kepala tenis meja para Indonesia memberikan pujian. Pelatih mengapresiasi semangat juang dan disiplin tinggi yang Fikri dan Jubaedah tunjukkan selama Pelatnas. Mereka berlatih rutin enam hari seminggu. Mereka fokus pada footwork dan variasi servis. Latihan intensif ini membuat mental mereka semakin tangguh. Modal prestasi internasional dan disiplin ini membuat Tenis Meja Asian Para Indonesia menjadi cabor yang sangat diperhitungkan di Uzbekistan.
Memahami Klasifikasi dan Analisis Pesaing Utama
Dalam tenis meja para, sistem klasifikasi menentukan tingkat kecacatan atlet. Fikri berada di Kelas 10, yaitu kelas untuk atlet yang memiliki disabilitas minimal pada bagian tubuhnya. Ia harus bersaing dengan pemain-pemain yang memiliki mobilitas tinggi, menuntut kecepatan dan akurasi yang ekstrem. Sementara itu, Jubaedah berada di Kelas 5/6, yang melibatkan atlet dengan disabilitas yang lebih signifikan (biasanya pengguna kursi roda). Kelas ini menuntut kekuatan lengan, kontrol spin, dan penempatan bola yang cerdas.
Tim pelatih secara intensif menganalisis video pertandingan lawan-lawan utama dari Tiongkok dan Korea Selatan. Negara-negara ini dikenal memiliki program pembinaan atlet para yang sangat maju. Pelatih memberikan Fikri dan Jubaedah instruksi spesifik. Instruksi tersebut berfokus pada eksploitasi kelemahan teknis lawan dan pengembangan strategi counter-attack. Mereka menganggap persiapan taktis ini sama pentingnya dengan kebugaran fisik. NPC Indonesia berinvestasi besar pada teknologi analisis ini. Mereka memastikan kedua atlet ini memiliki semua keuntungan yang mungkin mereka dapatkan saat bertanding.
Tantangan Uzbekistan dan Peran Vital Pelatnas
Asian Youth Para Games 2025 di Tashkent akan menjadi ujian sesungguhnya bagi Fikri dan Jubaedah. Mereka akan menghadapi lawan-lawan tangguh dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Thailand, yang secara historis mendominasi para games di Asia. Pelatnas memainkan peran vital dalam mempersiapkan atlet menghadapi tekanan tersebut.
Program latihan di Pelatnas tidak hanya menekankan pada aspek teknis dan fisik. Program ini juga memasukkan sesi psikologi dan analisis video mendalam mengenai gaya bermain lawan potensial. Sport psychologist tim bekerja intensif. Mereka memastikan Fikri dan Jubaedah mampu menjaga fokus dan ketenangan saat berada di bawah tekanan pertandingan. Persiapan non-teknis ini dianggap sama pentingnya dengan kemampuan teknis di lapangan. Ketua Kontingen Indonesia untuk AYPG 2025 menekankan, tujuan utama partisipasi Indonesia adalah memberikan pengalaman bertanding internasional kepada atlet muda disabilitas. Pengalaman ini penting untuk membangun generasi penerus Paralympian Indonesia. Namun, target tetap menjadi yang utama.
Tim pelatih berharap, dengan adanya keyakinan dan persiapan yang matang, Fikri dan Jubaedah dapat mengukir prestasi terbaik mereka. Keberhasilan mereka di Tashkent akan membuka jalan bagi partisipasi di Asian Para Games dan Paralimpiade di masa depan. Kesiapan mental dan fisik yang mereka tunjukkan menegaskan tekad Kontingen Indonesia untuk mencapai puncak prestasi Tenis Meja Asian Para.
BACA JUGA : Massa Atletik: MilkLife Athletics Challenge Jadi Wadah Ribuan Pelajar Kudus
