Mu88bz.com – Jakarta, 13 Oktober 2025 – Piala Suhandinata 2025 berakhir dengan catatan pahit bagi Tim Bulutangkis Junior Indonesia. Garuda Muda harus puas meraih posisi runner-up setelah kalah 0-2 dari China di final. Kekalahan ini memaksa tim beralih fokus ke nomor perorangan. Oleh karena itu, atlet muda Indonesia siap bangkit di babak selanjutnya. Turnamen Kejuaraan Dunia Junior Badminton ini menjadi ajang penting untuk mengasah talenta muda.
Hasil Final Piala Suhandinata 2025
Tim Indonesia bertarung sengit melawan China di National Centre of Excellence, Guwahati, Assam, India. Pada Sabtu (11/10), Garuda Muda kalah 0-2 dengan skor 30-45 di nomor ganda putra dan 44-45 di nomor tunggal putra. Pertandingan berlangsung ketat hingga akhir. Misalnya, di nomor ganda putra, Raihan Daffa Edsel Pramono dan Alexius Ongkytama Subagio sempat unggul sebelum akhirnya menyerah. Selain itu, Muhammad Zaki Ubaidillah berjuang habis-habisan di tunggal putra. Dengan demikian, perjuangan tim ini patut diapresiasi meski tak meraih gelar.
Respons Kapten Tim Indonesia
Kapten tim, Mohammad Zaki Ubaidillah atau Ubed, menyampaikan permintaan maaf atas hasil kurang maksimal. Ia berterima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia. “Kami minta maaf karena belum memberikan hasil terbaik,” ujar Ubed dalam keterangan federasi. Namun, ia menekankan semangat untuk maju. Oleh karena itu, tim akan berjuang di nomor perorangan mulai 13 Oktober. Ubed menambahkan bahwa doa dan dukungan menjadi motivasi besar. Dengan kata lain, kekalahan ini justru memicu semangat baru bagi atlet muda.
Analisis Eng Hian soal Kekalahan
Eng Hian, Kabid Pembinaan dan Prestasi Pelatnas, menilai hasil runner-up sebagai pelajaran berharga. Ia mengakui bahwa posisi kedua bukan hasil buruk, tapi bukan yang diinginkan sebagai juara bertahan. “Kami ingin mempertahankan gelar, tapi ini jadi catatan untuk masa depan,” kata Eng Hian. Misalnya, sistem relay point yang pendek membuat tim rentan tertinggal. Selain itu, ketergantungan pada satu atau dua sektor menjadi pekerjaan rumah. Oleh karena itu, pemerataan kemampuan di semua sektor menjadi prioritas utama.
Pemerataan Sektor Jadi Kunci Sukses
Eng Hian menyoroti hasil dari Kejuaraan Asia Junior dan Dunia Junior. Tertinggal 5-6 poin di sistem pendek sulit dikejar tanpa kekuatan merata. “Kami harus membangun pemerataan di semua sektor,” tegasnya. Dengan demikian, pembinaan atlet junior perlu lebih holistik. Misalnya, fokus pada tunggal, ganda, dan campuran secara seimbang. Hal ini akan mencegah ketergantungan pada andalan tunggal. Oleh karena itu, strategi jangka panjang PBSI akan menekankan pengembangan serba bisa.
Semangat untuk Nomor Perorangan Piala Suhandinata 2025
Meski kecewa, Eng Hian memotivasi tim untuk tidak larut dalam kesedihan. “Terima kasih kepada anak-anak yang sudah berjuang. Sekarang fokus ke nomor perorangan,” pesannya. Turnamen berlanjut 13-19 Oktober dengan babak individu. Dengan kata lain, ini kesempatan emas bagi atlet seperti Zaki Ubaidillah dan Riska Anggraini untuk bersinar. Selain itu, dukungan fans diharapkan tetap mengalir. Oleh karena itu, Garuda Muda siap tampil maksimal di Guwahati.
Detail Pertandingan Final Lengkap
Final Piala Suhandinata 2025 menyajikan pertarungan epik di semua nomor. Berikut rincian hasil:
- Ganda Putri (WD): Riska Anggraini/Rinjani Kwinnara Nastine vs Cao Zi Han/Chen Fan Shu Tian – Game 1: 8-9, Game 2: 9-5
- Ganda Campuran (XD): Ikhsan Lintang Pramudya/Rinjani Kwinnara Nastine vs Chen Jun Ting/Cao Zi Han – Game 1: 15-18, Game 2: 14-18
- Tunggal Putri (WS): Thalita Ramadhani Wiryawan vs Liu Si Ya – Game 1: 20-27, Game 2: 23-27
- Tunggal Putra (MS): Moh Zaki Ubaidillah vs Liu Yang Ming Yu – Game 1: 27-36, Game 2: 32-36
- Ganda Putra (MD): Raihan Daffa Edsel Pramono/Alexius Ongkytama Subagio vs Chen Jun Ting/Liu Jun Rong – Game 1: 30-45; Kemudian Muhammad Rizki Mubarrok/Raihan Daffa Edsel Pramono vs Chen Jun Ting/Liu Jun Rong – Game 2: 44-45
Setiap game menunjukkan ketangguhan atlet Indonesia. Misalnya, di tunggal putri, Thalita sempat memimpin sebelum kalah tipis. Dengan demikian, performa ini menjanjikan prospek cerah di masa depan.
Dampak Kekalahan bagi Pembinaan Junior
Kekalahan di final Piala Suhandinata 2025 menjadi momentum evaluasi bagi PBSI. Eng Hian menekankan pentingnya pembinaan dini. “Kami perlu lebih banyak atlet kompetitif di setiap nomor,” katanya. Selain itu, pengalaman internasional seperti ini tak ternilai. Oleh karena itu, hasil runner-up justru memperkaya portofolio tim. Misalnya, Zaki Ubaidillah kini punya bekal mental lebih kuat. Dengan kata lain, kegagalan ini akan membentuk generasi penerus yang tangguh.
Peran Dukungan Masyarakat
Dukungan dari masyarakat Indonesia krusial bagi kesuksesan tim. Ubed menyebut doa fans sebagai pendorong utama. “Terima kasih atas semangat yang diberikan,” ungkapnya. Dengan demikian, interaksi melalui media sosial dapat ditingkatkan. Selain itu, acara penyemangat pasca-turnamen bisa direncanakan. Oleh karena itu, kolaborasi PBSI dan fans akan memperkuat ekosistem bulutangkis junior.
Prospek di Nomor Perorangan dan Masa Depan
Nomor perorangan Piala Suhandinata 2025 menjadi ajang pembuktian. Atlet seperti Rinjani Kwinnara Nastine diharapkan tampil prima. Eng Hian optimis tim bisa raih medali. “Fokus dan persiapan matang adalah kunci,” tegasnya. Misalnya, strategi taktik khusus untuk lawan China akan diterapkan. Dengan kata lain, Garuda Muda siap balas dendam secara positif. Oleh karena itu, turnamen ini akan menutup babak junior dengan manis.
Catatan Sejarah Piala Suhandinata
Piala Suhandinata, bagian dari Kejuaraan Dunia Junior, telah melahirkan bintang-bintang bulutangkis Indonesia. Sejak 2006, tim putra RI sering meraih gelar. Tahun lalu, Indonesia juara, tapi 2025 runner-up. Selain itu, China mendominasi akhir-akhir ini. Dengan demikian, rivalitas ini memanaskan kompetisi global. Misalnya, pertemuan final tahun ini menambah sejarah panjang kedua negara.
