Mu88bz.com – 17 Oktober 2025 – Ducati saat ini adalah raja tak terbantahkan di MotoGP. Dalam beberapa tahun terakhir, motor Desmosedici mereka menjadi tolok ukur kecepatan, inovasi, dan dominasi, mengantarkan para pembalapnya meraih gelar juara dunia. Akibatnya, setiap kursi di tim pabrikan maupun satelit Ducati kini menjadi yang paling didambakan di grid. Namun, di balik citra superioritas tersebut, tersimpan sebuah narasi kelam yang menjadi pengingat. Sejarah mencatat ada banyak pembalap terpuruk di Ducati, bahkan mereka yang datang dengan status juara dunia. Kisah-kisah ini menjadi bukti bahwa menaklukkan “The Beast from Bologna” bukanlah tugas yang mudah. Motor ini menuntut segalanya, dan jika gagal beradaptasi, ia bisa meredupkan karier yang paling cemerlang sekalipun.
1. Valentino Rossi: Kisah Cinta Italia yang Berakhir Pahit
BACA JUGA : Sanksi Marco Bezzecchi: Hukuman Ganda Akibat Insiden dengan Marc Marquez
Di urutan pertama daftar pembalap terpuruk di Ducati tentu saja adalah sang legenda, Valentino Rossi. Kepindahannya ke Ducati pada tahun 2011 adalah sebuah transfer impian yang digadang-gadang akan menjadi dongeng sempurna: seorang pahlawan Italia menunggangi motor kebanggaan Italia untuk merebut gelar juara dunia. Rossi datang dengan status megabintang setelah meraih empat gelar juara dunia bersama Yamaha. Ekspektasi publik dan media pun melambung setinggi langit.
Akan tetapi, realitas di lintasan adalah sebuah mimpi buruk. Motor Ducati Desmosedici GP11 yang radikal sangat tidak cocok dengan gaya balap Rossi yang halus dan mengandalkan kecepatan di tikungan. Motor itu liar, sulit dikendalikan, dan memiliki masalah understeer yang kronis. Selama dua musim penuh, Rossi berjuang mati-matian. Faktanya, ia hanya mampu meraih tiga podium tanpa satu pun kemenangan. Kegagalan ini memaksanya untuk “pulang” kembali ke Yamaha pada 2013. Meskipun ia sempat kembali kompetitif, banyak yang berpendapat bahwa dua tahun yang hilang di Ducati telah merenggut momentum terbaiknya. Ia tidak pernah lagi berhasil meraih gelar juara dunia, dan kariernya perlahan meredup hingga akhirnya pensiun.
2. Jorge Lorenzo: Gaya Halus yang Tak Cocok dengan ‘The Beast’
BACA JUGA : Kisah Francesco Bagnaia: Belajar dari Marquez di Tengah Badai Adaptasi
Kisah serupa namun tak sama dialami oleh Jorge Lorenzo. Setelah meraih tiga gelar juara dunia dengan gaya balapnya yang super mulus dan presisi bersama Yamaha, Lorenzo mengambil tantangan besar dengan pindah ke Ducati pada 2017. Ia datang dengan bayaran selangit dan misi untuk membuktikan bahwa ia bisa juara dengan motor yang berbeda.
Namun, seperti Rossi, ia langsung dihadapkan pada karakter brutal Desmosedici. Gaya balapnya yang mengandalkan kecepatan tikungan tinggi (corner speed) adalah antitesis dari apa yang motor Ducati butuhkan, yaitu pengereman keras, berbelok tajam, dan akselerasi secepat mungkin (stop-and-go). Lorenzo babak belur di musim pertamanya. Setelah itu, setelah melalui proses adaptasi yang menyakitkan dan modifikasi radikal pada tangki bahan bakar, ia akhirnya mulai menemukan kecepatannya di pertengahan musim kedua. Ia bahkan berhasil meraih beberapa kemenangan. Sayangnya, semua itu sudah terlambat. Ducati telah kehilangan kepercayaan dan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya. Lorenzo kemudian pindah ke Repsol Honda pada 2019, di mana cederanya semakin parah, yang memaksanya pensiun dini di akhir musim.
3. Enea Bastianini: Dari ‘The Beast’ Menjadi Korban Ekspektasi dan Cedera
BACA JUGA : MotoGP Australia 2025 Digelar Akhir Pekan Ini
Kasus Enea Bastianini adalah contoh tragis terbaru dari seorang pembalap terpuruk di Ducati. Kariernya melesat bak roket pada musim 2022 bersama tim satelit Gresini Ducati. Dengan julukan “La Bestia” (The Beast), ia tampil fenomenal, meraih empat kemenangan, dan finis di posisi ketiga klasemen akhir. Performa brilian ini membuatnya mendapatkan promosi yang sangat didambakan ke tim pabrikan Ducati untuk musim 2024.
Akan tetapi, nasib baiknya seolah berbalik 180 derajat. Musim perdananya di tim pabrikan hancur lebur akibat cedera parah yang ia alami di seri pembuka. Ia harus absen dalam banyak balapan. Akibatnya, ia kehilangan momentum dan kepercayaan diri untuk beradaptasi dengan motor spesifikasi terbaru. Meskipun musim keduanya berjalan jauh lebih baik di mana ia berhasil finis di urutan keempat, hasil itu dianggap tidak cukup. Kedatangan Marc Marquez ke tim pabrikan musim ini membuatnya harus tersingkir. Kini, Bastianini harus memulai kembali kariernya bersama KTM, sebuah penurunan dari statusnya sebagai pembalap pabrikan Ducati.
Kisah Para Juara Lain yang Redup: Nicky Hayden & Danilo Petrucci
BACA JUGA : Daftar Pembalap MotoGP 2026: Marquez Bertahan, 2 Rookie Siap Menggebrak
Selain nama-nama besar di atas, ada beberapa pembalap lain yang kariernya juga tidak bersinar terang setelah bergabung dengan tim merah ini.
Nicky Hayden, sang juara dunia MotoGP 2006 bersama Honda, direkrut oleh Ducati pada tahun 2009. Ia menghabiskan lima musim yang panjang bersama tim pabrikan. Namun, ia gagal mereplikasi kesuksesan sebelumnya. Posisi terbaik yang pernah ia capai di klasemen akhir hanyalah peringkat ketujuh pada tahun 2010. Ia tidak pernah benar-benar mampu menaklukkan motor Desmosedici. Akhirnya, ia pindah kembali ke tim satelit Honda sebelum pensiun dari MotoGP.
Danilo Petrucci juga merasakan betapa beratnya tekanan di tim pabrikan Ducati. Setelah beberapa musim yang cukup baik di tim satelit Pramac, ia mendapat promosi pada 2019. Ia sempat memberikan momen emosional dengan meraih kemenangan perdananya di Mugello. Meskipun demikian, performanya secara keseluruhan sangat inkonsisten. Ia terpuruk di peringkat enam dan dua belas selama dua musimnya di tim pabrikan, sebelum kariernya di MotoGP berakhir dan ia beralih ke ajang WorldSBK.
