Mu88bz.com – 17 November 2025 – Jonatan Christie membuat keputusan besar pada Mei lalu dengan mundur dari Pelatnas PBSI Cipayung. Kini, sebagai atlet profesional, perjalanannya justru mengantarkannya ke posisi yang tidak ia duga. Pebulutangkis yang akrab disapa Jojo ini mengaku sempat tidak memikirkan soal BWF World Tour Finals (WTF) 2025. Namun, status baru sebagai Jonatan Christie non-Pelatnas dan hasil impresif di dua bulan terakhir mengubah total prioritasnya.
Jojo memutuskan mundur dari Pelatnas dengan pertimbangan agar lebih dekat dengan keluarga. Karena itu pula, pebulutangkis berusia 27 tahun tersebut awalnya tidak muluk-muluk memikirkan main di turnamen penutup tahun. Ia hanya ingin mendapatkan formula terbaik setelah tak lagi menghuni Cipayung. Siapa sangka, perjalanannya kini justru berpeluang besar tampil di BWF World Tour Finals.
Alasan Awal: Mencari Formula, Bukan Poin
Saat ditemui di PB Tangkas, Jakarta Barat, Jojo menjelaskan kondisi psikologisnya setelah mengambil keputusan besar tersebut. Ia menegaskan bahwa fokus utamanya bukanlah mengejar poin kualifikasi World Tour.
“Ya balik lagi sih, kemarin setelah keluar dari Pelatnas itu, memang enggak ada fokus ke World Tour,” kata Jonatan.
Fokus utamanya saat itu adalah menemukan ritme baru sebagai pemain independen. “Yang tadi saya bilang juga, saya ingin mendapatkan formulanya dulu nih,” lanjutnya. Selain mencari pola latihan yang pas, Jojo juga masih dalam proses pemulihan cedera. “Ditambah lagi waktu itu memang masih berasa cederanya, jadi memperbanyak rehab, banyakin fokus.”
Ia mengaku tidak menetapkan target tinggi di awal. “Enggak ada yang, ‘Oh tujuan kita, kita mau World Tour Finals, apa segala macam. Enggak gitu,” tegasnya.
Diskusi Target Bersama Pelatih
Meskipun tidak menjadi target utama, Jojo mengaku tetap mendiskusikan goals bersama pelatihnya, Vicky Angga Saputra. Diskusi tersebut lebih bersifat sebagai tolok ukur, bukan sebuah keharusan yang membebani.
“Ada, saya ngobrol sama Vicky Angga Saputra juga untuk goals kita lah, di tahun ini nih, seberapa mau kita sampai sana gitu,” katanya. “Cuma kan balik lagi ya sudah, itu menjadi tolak ukur saja gitu, tidak kita jadikan harus, jadi ya sudah kita berjalan sambil ya belajar saja gitu.”
Proses yang Jojo jalani adalah evaluasi berkelanjutan. “Jadi apa yang terjadi setiap pertandingan evaluasi lagi, setiap pertandingan evaluasi lagi,” tuturnya.
Realisme Jonatan Christie non-Pelatnas: Biaya dan Prize Money
Perubahan status menjadi pemain profesional membuka mata Jojo terhadap realitas baru. Ia sadar betul risiko yang ia ambil saat tak lagi bernaung di Cipayung. Salah satu risiko terbesar dan paling nyata adalah soal biaya.
“Balik lagi kalau sudah di luar (Pelatnas) nih, enggak bisa pungkiri budget kan? Pasti,” tegas Jonatan.
Berbeda dengan atlet pelatnas yang semua kebutuhannya ditanggung PBSI, pemain profesional harus merogoh kantong pribadi. Biaya ini mencakup tiket pesawat, hotel, pelatih, fisioterapis, hingga pendaftaran turnamen di luar negeri. “Karena ada biaya sendiri,” tambahnya.
Realitas finansial inilah yang mengubah prioritasnya. Ketika ia melihat ada peluang lolos ke World Tour Finals, motivasinya langsung berlipat ganda. Alasannya sangat pragmatis: BWF World Tour Finals menawarkan prize money (hadiah uang) yang sangat besar.
“Dan main World Tour Finals juga ada price money yang cukup besar juga,” ungkapnya.
Uang hadiah itu, bagi Jojo, bukan untuk kemewahan. Uang itu adalah modal untuk “hidup” dan terus bertanding di musim berikutnya. “Dari situ ya kita tujuannya adalah, ya sudah bagaimana caranya sekarang supaya kita maksimalin yang ada, tujuannya adalah ya kita dalam tanda kutip ya, cari uang aja sebanyak-banyaknya gitu.”
“Untuk apa? (Untuk) berangkat buat next-nextnya gitu,” kata Jonatan.
Analisis Peluang Jonatan Christie non-Pelatnas Lolos WTF
Motivasi finansial dan performa di lapangan kini bersatu. Jojo, yang saat ini berada di peringkat keenam Race to Finals (78.520 poin), mulai serius menghitung peluangnya. Ia menganalisis posisi para pesaing terdekatnya.
Pesaing utamanya adalah Kodai Naraoka (Jepang) di peringkat 9 (70.400 poin) dan Lin Chun-Yi (Taiwan) di peringkat 10. Namun, poin Kodai baru saja berpotensi bertambah signifikan setelah ia menjuarai Kumamoto Masters Japan pada Minggu (16/11/2025).
Meski begitu, Jojo tetap optimistis. Ia telah membuat kalkulasi sendiri terkait poin maksimal yang bisa diraih para rivalnya di sisa turnamen.
“Kalau aku hitung sih sebenarnya, kayaknya 90 persen sih sudah main World Tour Finals,” kata Jonatan.
Kalkulasi Kunci: Drawing yang Menguntungkan
Optimisme Jojo bukan tanpa dasar. Ia membeberkan analisisnya yang sangat detail. Menurut perhitungannya, para rival di bawahnya (Kodai dan Lin Chun-Yi) harus meraih hasil luar biasa di dua turnamen terakhir (Jepang dan Australia) untuk menggesernya.
“Nah, yang kalau saya hitung tuh mereka harus, at least di Jepang sama di Australia harus final-juara, final-juara,” jelas Jojo.
Namun, Jojo menemukan satu fakta krusial saat melihat drawing (bagan undian) turnamen. “Nah, kemarin saya lihat drawing, ternyata mereka ketemu di delapan besar,” ungkapnya.
Fakta bahwa Kodai Naraoka dan Lin Chun-Yi berada di pool yang sama dan berpotensi saling bertemu di perempat final adalah kunci pengaman bagi Jojo. Pertemuan itu secara otomatis “mengunci” perolehan poin. Artinya, hanya salah satu dari mereka yang bisa melaju jauh, sehingga mustahil bagi keduanya untuk mendapatkan poin maksimal (final-juara) di kedua turnamen sisa.
Inilah yang membuat status Jonatan Christie non-Pelatnas (satu-satunya frasa bold di isi artikel) kini 90% aman. “Jadi kemungkinan kayaknya (saya) main di World Tour Finals, cuma masih belum resmi kan,” tutupnya.
