Mu88bz.com – 14 Oktober 2025 – Sebuah momen krusial dan penuh makna terjadi di tengah hiruk pikuk pemerintahan saat Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden Prabowo Subianto. Permintaan maaf ini menyusul kandasnya mimpi Tim Nasional Indonesia untuk berlaga di putaran final Piala Dunia 2026. Momen yang menandai pertanggungjawaban tertinggi induk sepak bola nasional ini bukan hanya menjadi penutup dari sebuah babak yang penuh perjuangan, tetapi juga menjadi titik awal bagi evaluasi total dan perumusan target baru. Kini, setelah Erick Thohir minta maaf, sorotan publik tertuju pada langkah konkret apa yang akan diambil untuk masa depan Garuda.
Momen Langsung Saat Erick Thohir Minta Maaf di Halim
Suasana di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa sore terasa penuh penantian. Presiden Prabowo Subianto baru saja mendarat setelah menyelesaikan kunjungan kerja di Mesir. Di antara jajaran menteri yang menyambut, Erick Thohir, dalam kapasitasnya sebagai Ketua PSSI sekaligus Menpora, mengambil kesempatan tersebut untuk melaporkan hasil akhir perjuangan Timnas. Tanpa basa-basi, ia menyampaikan penyesalan dan permohonan maaf atas kegagalan yang menjadi kekecewaan seluruh bangsa.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, yang turut menyaksikan momen tersebut, mengonfirmasi langsung kepada media. “Menteri Pemuda dan Olahraga melaporkan kepada Bapak Presiden sekaligus menyampaikan permohonan maaf karena Timnas Indonesia belum berhasil lolos ke Piala Dunia 2026,” ujar Prasetyo. Langkah ini menunjukkan sebuah sikap ksatria dan akuntabilitas langsung dari pimpinan PSSI kepada kepala negara.
Respons Presiden Prabowo: Dari Kekecewaan Menuju Target Baru
Menurut Prasetyo, Presiden Prabowo Subianto menerima laporan dan permintaan maaf tersebut dengan perasaan yang campur aduk. Ada raut kekecewaan yang jelas, namun hal itu segera tergantikan oleh sikap seorang pemimpin yang memberikan semangat. Presiden memahami betapa berat perjuangan yang telah para pemain, pelatih, dan ofisial lalui di babak kualifikasi yang sangat kompetitif. Oleh karena itu, ia secara tegas meminta agar seluruh elemen bangsa tidak larut dalam kesedihan.
Presiden Prabowo justru langsung menetapkan target besar berikutnya, mengubah kegagalan ini menjadi bahan bakar untuk ambisi yang lebih tinggi. “Bapak Presiden menyampaikan agar seluruh pihak tidak larut dalam kekecewaan. Mari kita berusaha kembali,” kata Prasetyo, menirukan pesan Presiden. “Masih ada dua ajang penting yang menanti: Piala Asia 2027 dan Olimpiade 2028.” Arahan ini bukan sekadar kalimat penghibur, melainkan sebuah instruksi strategis yang mengalihkan fokus PSSI ke panggung bergengsi lainnya.
Tuntutan Evaluasi Total Pasca Erick Thohir Minta Maaf
Di saat yang bersamaan, desakan untuk melakukan evaluasi menyeluruh datang dari internal PSSI sendiri. Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji, menjadi salah satu suara paling vokal yang menuntut adanya pertanggungjawaban teknis. Sehari sebelumnya, ia telah menegaskan akan segera menyusun laporan komprehensif mengenai kegagalan Timnas di putaran keempat kualifikasi untuk diserahkan kepada Ketua Umum dan jajaran Wakil Ketua Umum.
Sumardji secara terbuka meminta dukungan dari anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI lainnya untuk segera menggelar rapat evaluasi. Sorotan utamanya tertuju pada kinerja pelatih kepala, Patrick Kluivert, dan seluruh staf kepelatihan. “Kali ini saya minta tolong teman-teman Exco PSSI harus berani mengambil sikap yang tegas,” ujar Sumardji dengan nada serius. Tuntutan ini menandakan bahwa permintaan maaf di level tertinggi harus diikuti dengan tindakan konkret di level teknis dan manajerial.
Momentum Perbaikan Jangka Panjang Sepak Bola Nasional
Arahan Presiden Prabowo tidak hanya berhenti pada target jangka pendek. Ia juga menekankan kembali pentingnya konsistensi dalam pembinaan jangka panjang. Momen setelah Erick Thohir minta maaf ini ia harapkan menjadi titik balik untuk melakukan perbaikan fundamental dalam ekosistem sepak bola nasional. Pemerintah, melalui Presiden, menunjukkan komitmen penuh untuk mendukung PSSI dalam merancang dan mengeksekusi program yang lebih solid.
Fokus perbaikan ini akan mencakup beberapa area vital. Pertama, penguatan program pengembangan pemain muda yang lebih terstruktur dari level akar rumput. Kedua, peningkatan kualitas dan lisensi para pelatih lokal agar mampu menerapkan ilmu kepelatihan modern. Ketiga, perbaikan sistem dan kualitas kompetisi domestik yang menjadi kawah candradimuka bagi para pemain sebelum membela tim nasional. Kegagalan lolos ke Piala Dunia 2026, meskipun menyakitkan, kini dipandang sebagai momentum yang mahal untuk mereformasi total sepak bola Indonesia demi masa depan yang lebih cerah dan berprestasi.
